Festival Bebas Batas akan menjadi festival pertama di Indonesia yang menampilkan karya-karya seni brilian dari para seniman disabilitas.
Bertempat di Galeri Nasional Indonesia di Jakarta, festival ini dirancang untuk menyempurnakan Asian Para Games, yang akan diselenggarakan di Jakarta pada bulan yang sama, yaitu bulan Oktober. Festival ini adalah gagasan yang lahir dari pemikiran sekelompok seniman, kurator, dan aktivis, salah satunya seniman Hana Madness, yang mengunjungi the Unlimited Festival di London pada 2016 dan terinspirasi untuk membuat festival dengan semangat yang sama di Indonesia.
Festival ini merupakan kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Art Brut Collective, dan British Council Indonesia: yang mana kami semua menyambut partner-partner baru untuk bergabung bersama kami.
Festival Bebas Batas 2018 bertujuan menjadi bagian dari edukasi kepada publik bahwa penyandang disabilitas memiliki peranan yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, sekaligus memberikan ruang berkarya, serta menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni para penyandang difabilitas:
Melalui karya seni yang berkualitas untuk membangun wajah baru dalam menarasikan disabilitas di Indonesia. Kami juga ingin meningkatkan kesadaran khalayak luas dengan menjembatani interaksi antara pihak difabel dan non-difabel
Acara ini berkisar seputar sebuah pameran utama di Galeri Nasional (12-29 Oktober 2018). Serta aktifitas pendamping festival yang akan diselenggarakan di beragam tempat seperti: @america, IFI Jakarta, Pavilliun 28, Car Free Day (Jalan Thamrin & Jalan Sunda).
Di tangan tim kurator dari Galeri Nasional, pameran ini akan menampilkan karya-karya seni visual dengan kualitas terbaik oleh seniman disable dari seluruh Indonesia dan internasional. Pameran ini diharapkan dapat menampilkan paling sedikit 50 seniman berbeda.
Periode acara intensif akan diselenggarakan pada 12-15 Oktober.
Festival akan berlangsung disekitar eksibisi Galeri Nasional (12-29 Oktober 2018). Dikurasi oleh tim Galeri Nasional, eksibisi ini akan menampilkan kualitas tertinggi dari seni rupa oleh para artis difabel dari seluruh Indonesia dan juga luar negeri. Eksibisi ini diharapkan dapat melibatkan 50 orang artis.
Performing arts:
Features. Shorts. Documentary. Animation. Post-screening discussion. VR. Blind-date cinema. Closed-caption. Co-curated with 100% Manusia.
Public. Interactive. Though-provoking.
Jakarta Barrier Free Tourism (ID) x Aaron Williamson (UK)
Whats Makes You Who You Are, 2018 | Caglar Kimyoncu (UK) x Pamflet (ID)
Melalui Instagram, WhatsApp group, Twitter and Facebook: volunteers dan participants akan berada disepanjang jalan dengan menggunakan perangkat mobile mereka.
Dengan gaya vox-pop, mereka akan melakukan wawancara dengan penonton festival dengan satu pertanyaan “apa yang membuatmu jadi dirimu yang sekarang”.
Wawancara ini akan ditampilkan secra live di social media menggunakan hashtag yang digunakan festival bebas batas. Hasil ini juga akan ditampilkan ke dalam website, mereka yang tidak mau direkam film atau audionya akan dapat menjawab menggunakan teks. Dan hasilnya tetap akan diupload ke social media
Dialog. Interaksi langsung. Dimanage oleh Kementrian Sosial.
Dialog dalam gelap. Managed by Think.Web & Mitra Netra.
“Memungkinkan seluruh seniman yang berperan dalam festival dan eksibisi, baik dari Indonesia maupun manca negara, ambil bagian dalam Car Free Day di Minggu, 14 Oktober. Car Free Day secara rutin diadakan di hari Minggu, di jalan protokol Sudirman dan Thamrin, yang ditutup untuk kendaraan sejak 6-11 pagi. Diperkirakan sekitar 100.000 orang melakukan aktivitas bersama, lari pagi, bersepeda, bermain skate, dan penjaja makanan/barang lainnya berkumpul bersama. Festival Bebas Batas menggunakan kesempatan ini untuk membawa bagian dari Festival ke masyarakat luas sekaligus mempromosikan acara festival di Galeri Nasional.
Berkoordinasi dengan l’Institut Français d’Indonésie dan Gerkatin.
#SAMABISABISASAMA CAMPAIGN
Festival Bebas Betas adalah hasil dari pemikiran sekelompok seniman, kurator, aktifis yang percaya bahwa seni dapat membangun ulang narasi mengenai disabilitas di Indonesia, menggunakan pemikiran ‘Sama Bisa, Bisa Sama’, yang dibuat oleh Think.Web.
7 Oktober 2018 | 14.00, 16.30, 19.00 | IFI Thamrin
HTM: Rp75.000 untuk 1 tiket; Rp120.000 untuk 2 tiket; Rp150.000 untuk 3 tiket
Reservasi: 0821 2225 1610 (Vinca) atau
terapimusikindonesia@yahoo.com
Mengejar Mimpiku 3 menampilkan pemutaran film animasi yang diiringi pertunjukan musik langsung oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Konser Animasi Mengejar Mimpiku 3 berkisah tentang perjuangan sepasang sahabat, Dobu dan Mo, dalam menolong desa mereka yang sedang kesulitan.
Perjuangan mengejar cita-cita seringnya tidak mudah. Bagaimana menyikapi kesulitan-kesulitan itu? Bagaimana mengajarkannya kepada anak didik kita? Setiap upaya, sikap, dan risiko dalam animasi ini bisa menjadi teladan kita bersama. Penggambaran yang humoris tentang perjuangan membawa harapan bahwa tiap perjuangan pasti tidak sia-sia bagi kehidupan.
Ikatan Terapi Musik Indonesia bekerja sama dengan berbagai lembaga Anak Berkebutuhan Khusus dan Komunitas Marjinal membuat Konser Animasi Mengejar Mimpiku 3 sebagai upaya mengatasi masalah tersebut.
Konser-sinema ini merupakan bagian dari Festival Bebas Batas 2018.